sejak awal tahun lalu, mengetahui bahwa menulis saja tidak cukup, saya putuskan untuk hiatus dulu. bahkan dari social networking semacam facebook. yang sekarang saya pikir ada gunanya juga. melepaskan diri dari "ikatan" seperti itu dan dari rasa ingin tahu urusan orang (atau dari orang lain yang ingin tahu urusan saya).
resumenya: setelah mengalami depresi pasca master study, saya memilih untuk tidak langsung pulang ke indonesia-melainkan melanjutkan studi (yang ga ada juntrungannya) Phd di tempat saya kuliah master. lalu setelah itu hidup saya seperti di fast-forward.
ketemu si calon. lucu karena saya tidak pernah menyangka, apalagi pada awalnya saya prejudis sama dia. kekonservatifan saya timbul mengetahui bahwa dia datang dari latar belakang budaya yang berbeda. tapi bukankah semua orang memang berbeda? dan mampu menerima perbedaan itu bikin saya lebih ringan, tidak memaksakan dan menuntut.
menikah. yang selalu saya pikir akan saya lakukan setelah beres studi, menjelang usia 28an. namun saya ingat ada yang menyarankan saya untuk membuka diri, karena who knows- lightning could strikes. dan tentu saja niat saya menikah jadi sumber drama keluarga besar. karena si doi bule dan mualaf, buat keluarga besar itu adalah rumusan yang diluar buku perhitungan mereka. namun karena dia adalah si "ini dia", saya tetap berkeyakinan.
hanya ibu saya yang pada awalnya membesarkan hati, itupun setelah jujur besar-besaran pada beliau kalau saya ingin punya teman hidup. yang selalu beliau tahu (atau imaje saya dikepala beliau) saya selalu melulu pada ambisi mengejar cita-cita.
saya bilang, mengejar cita-cita buat saya akan non sense tanpa teman berbagi. saya ingin berbagi dan deeply in love disaat yang bersamaan.
pulang ke indonesia yang pada kenyataannya saya pakai buat penelitian daripada bulanmadu. berhubung mepet timeline penelitian.
sibuk transisi 1. pindah ke kampung halaman suami di Polandia, yang artinya memindahkan segala tetek bengek di Jerman secara fisik dan emosional ke Polandia. sebelum pindahan, saya mesti mencari siapa yang akan menyewa kamar apartemen di Weimar (karena kontrak apartemen berlaku sampai 2014, dan visa studi saya berkaitan erat dengan itu). dan kami mesti mempersiapkan tempat tinggal baru di Polandia dengan prediksi mobilisasi akan tetap dilakukan Jerman-Polandia dalam rangka studi. emosional karena perpindahan ini lagi-lagi membutuhkan energi positif yang luar biasa banyak. saya mesti punya keyakinan bahwa dalam transisi ini hanya akan membawa kebaikan bagi saya dan suami. dan menjaga good mood itu ga kaya makan makanan enak.
positif. kami mendapati bahwa saya akan menjadi ibu dan suami akan menjadi ayah.
...
itu tahun lalu.
:)