Selasa, 25 Mei 2010

about marriage

terkadang saya berpikir bahwa menikah menjadikanmu tidak sepenuhnya menjadi diri sendiri. diperlukan kelapang-dadaan dan keikhlasan untuk menjalani kompromi dengan hasil yang tidak selalu diinginkan. (yaiyalah)

saya juga beranggapan, wanita yang menggunakan rumah sebagai wilayahnya "bekerja" merasakan bahwa peran mereka dibangun berdasarkan opini sosial mengenai sebuah ideologi kedomestikan. pria dan wanita membangun dan menginterpretasikan hidup mereka melalui materi-materi yang disediakan oleh struktur sosial. ideologi sosial bukan sebuah kekeliruan kultural, kondisi natural atau kedudukan biologis. tetapi lebih kepada konstruksi sosial,dimana konstruksi sosial kita masih berpihak pada laki-laki. jadi emansipasi itu nonsense buat mereka. 

just my thought! 

Minggu, 23 Mei 2010

tolol dong?

Guoblok!!!!
mana ada yang mau sama orang freak???

ada. ada. 
kalo gak sama-sama freak,
orang itu ga peduli. 

*jedukin kepala ketembok*

Jumat, 21 Mei 2010

surat cinta untuk sang Jiwa

Dear,
Meradang sudah, tak pernah ingin aku berpikir bahwa kamu sedang lelah. Maafkan aku, mari kita bicara melalui sebuah kisah.
Dimulai dengan pertanyaan ini;
Darimanakah asalmu?
Tuhan meniupkanmu kedalam diriku saat aku masih sekecil kantung kacang merah? Mungkin sedikit lebih besar. Oh, oh saat itu aku tidak berdaya, belum cukup matang untuk memperdayai siapapun. Aku mengingatmu, aku bertanya siapa kamu, kamu menjawabnya dengan hatiku.

Dear,
Kita pernah melalui masa bahagia, tapi tak jarang pula menghadapi masa kecewa dan putus asa. Saat-saat itu, kamu ingat? Aku masih bertahan karena tidak ingin melepasmu pergi. Saat aku tidak tahu siapa aku, kali itu giliranmu mengingatku. Lagi-lagi melalui hatiku.

Dear,
Aku selalu marah-marah karena keinginanku banyak –dan semua itu titipan, kamu paham itu. Aku berambisi dan pura-pura sabar meredam ambisiku. Katamu, aku mesti belajar memalingkan ego meski hanya sebentar. Tapi saat itu hatiku terlalu kelu, aku tak bisa menjawabmu dengan hatiku.

Dear,
Lalu kemana kamu sekarang?
Bahkan aku tak mampu menggapaimu meski berusaha jujur. Aku rindu percakapan hati kita. Aku tak ingin kering dan merana. Dan gusar seperti ini. Apakah kamu terlalu marah dan gerah? Jangan pedulikan penilaian mereka,Dear. Terutama omongan mereka yang sok tahu dan ingin ikut campur. Memangnya siapa mereka? Hanya Tuhan yang boleh menghakimi makhluk-Nya. Bukan manusia pada manusia lain.
...

Oh, maafkan, aku naik pitam lagi.

Dear,
Mungkin kamu benar, kamu terlalu lelah karena aku terlalu tak berdaya, meskipun aku sudah tidak sekecil kantung kacang merah lagi.
Maafkan aku, aku akan menguatkan diri. Tapi aku perlu kamu, kembalilah ya?

Milikmu,
Aku. 

the tragedy of lost

Kehilangan yang paling disesali adalah kehilangan makna akan kehidupan sebelumnya. Pada saat seseorang harus dengan terpaksa meninggalkan apa yang telah dimiliki-- untuk menyelamatkan diri sendiri. Lalu berjalan lagi. Mungkin sedikit terseok, mungkin dengan lutut bergetar dan mulut yang membungkam.
Bayangkan saja, apa gunanya hari-hari kemarin pabila kita terpaku hanya pada bekas carutnya? Bukan pada cara untuk mengobatinya. Pastilah akan lebih banyak masa dihabiskan untuk suatu penyangkalan yang sia-sia. Ya, kita pernah bersalah, pernah melakukan kesalahan dengan sadar tanpa memedulikan tanggungjawab atas sebuah konsekuensi. Karena terlalu senang pada hidup kekinian. Lupa hari esok.
Yang salah bukanlah pada kesalahannya, melainkan pada saat kita lalai membiarkan kesalahan itu tidak memberi kita pelajaran.
Saat itulah, kehilangan terbesar terjadi.
Kita terluka dengan percuma. Untuk apa?

Senin, 17 Mei 2010

belagu

aku bisa membuat mu jatuh cinta kepada ku meski kau tak cinta...
kepadaku...