Minggu, 28 Februari 2010

hangover buffe

teman saya geleng-geleng kepala, "mana ada..." katanya, "mana ada orang mabuk gara-gara makanan". 
"stupid" celetuk saya, "ini bukan mabuk, ini kebanyakan makan namanya" sambil terkekeh dia membantu memapah saya yang benar-benar ga bisa jalan. perut saya sakit, kram karena tertawa dan dipenuhi makanan restauran buffe asia seharga 10 euro. 

saya memuntahkan ice cream coklat di sudut jalan menuju asrama. ah, dessert terbuang...

makanya, karena label buffe itulah, saya jadi merasa "bertanggung jawab" untuk ber-attitude "buffe". padahal saya bisa lebih bertanggung jawab kalau misalnya memilih makan di restauran pizza biasa, memesan 2 menu dan membayar dengan harga yang kurang lebih sama. tanpa mengeluh sakit perut tentunya. 
saya menyadari kapasitas perut saya. makan sebanyak itu bukan tandingan saya. sungguh. sepiring ente goreng, ikan tepung panir, cah jamur sapi, sate ayam, semangkuk sup kepiting, dan seporsi sushi (belum ice cream dan manisan buah). 
ah sampai mulut saya kebosanan mengunyah menu yang sama. 
sampai saya harus menghabiskan waktu 4 jam di dalam restauran. bulak balik mengisi piring. 

kadang, kita ingin menantang limit sendiri. dan bodohnya karena keinginan itu terbawa nafsu (seminggu saya ga makan enak gara-gara sibuk mempersiapkan presentasi model project international forum) 
saya pikir, ini balas dendam. kompensasi.
dan terbukti, balas dendam itu tidak baik. dia membiarkan keinginan rakusmu menguasai alam pikiran. dan membuatmu tidak dapat mengontrol pilihan. sebetulnya saya bisa memilih untuk menyudahi makan pada ronde kedua, namun saya tidak mau.
karena sudah seminggu saya ga makan enak (juga karena menu buffe ini menguras 10 euro dari dompet tipis saya).

lain kali, saya akan me-reconsider ide menu makan buffe. selain karena merasa bersalah sama badan sendiri, esensi makan enaknya ga bisa saya dapet. ternyata.

hahahahaha.

*diakhiri dengan muntah di toilet

Minggu, 21 Februari 2010

dimana?

sebenarnya kita hidup dimana?

orang-orang berlomba membicarakan masa depan dan cita-cita. adapula yang membenamkan diri dalam nostalgia dan keheningan masa lalu. itukah cara manusia berpaling dari apa yang dihadapkan didepan mukanya? masa kini terlalu menakutkan untuk di percaya. membuat gambaran mimpipun takbisa, menoleh pada rangkaian cerita lampaupun tak kuasa. 
bagaimana bila terjebak dan kaki terperangkap? 

tidak menemukan jalan pulang. 

Jumat, 19 Februari 2010

in love

with Summer Parade!!!
ah, pangeran bergitar...

*melting

Senin, 15 Februari 2010

model project's fever

rasanya pingin segera akhir maret. dan melewati akhir februari ini tanpa terperangkap dalam memori. pokoknya selesaikan saja yang mesti diselesaikan. sudah.
apalagi mengingat mesti presentasi di forum internasional itu, mulesnya kok seperti dicicil dari sekarang ya. duh menyiksa.
wondering gimana seandainya saya tampil memalukan dan kehilangan rangkaian kata-kata.
...
mudah-mudahan tidak ya...
amin

doa

Ya Allah, ampunilah aku dari umbaran mataku, gelincir kataku, keresahan gelora hatiku dan kesalahan ulah lidahku.

amin

Minggu, 14 Februari 2010

pengakuan

baru paham, ternyata saya ga bisa menulis.

lebih tepatnya, gabisa menyampaikan ide melalui tulisan saya. dan ketika hendak memaksaan untuk memperform-kan apa yang ada di isi kepala, saya nyaris gila. gagasan bermuncratan namun tak tau mengarah kemana. tak ada bentuk, tak ada struktur, tak ada sistematika.

makanya, sebenarnya saya ga bisa menulis. 

being random adalah spesialis saya. tapi bagaimana orang lain bisa memahami kelak? bagaimana saya bisa membuat orang untuk percaya bahwa saya bisa dipahami? 
jika cara berpikir saya abstrak.

menulis 120 kata bisa semenyakitkan ini, sungguh. apalagi ketika tulisan itu disorot melalui publikasi dan tuntutan tanggung jawab. berulang kali saya mencoba membuatnya scientific. namun rasanya masih ada logika yang tak bertautan.
dimanakah ruang waktu yang hilang itu?

sebetulnya, apakah yang hilang itu? berupa apakah? 

tidak terjawab. sementara hari akhir kian mendekat, dan saya masih berkutat dengan coretan kata yang tersendat. 

saya sungguh tak bisa menulis.
memalukan.

Jumat, 12 Februari 2010

how

How can you pretend help another, while you cannot help your self

Einstein to Freud

Senin, 08 Februari 2010

lets...

alhamdulillah, 
topik untuk thesis udah di approve si professor.

nah sekarang...

tinggal bingung harus mulai dari mana *panik

Minggu, 07 Februari 2010

two pairs of dandelion

"hei kamu," seru si penunggu angin. "aku akan meniupmu melewati lembah dan sungai." katanya lagi. 
"ataukah kamu ingin kutiup ke tempat lain?" dia bertanya.

"tiupkan aku ke ladang rumput dimana anak kecil akan bermain denganku;merangkai mahkota dari kelopakku, membuat cincin dari batangku, lalu meniup rambut putihku dengan suka cita."

rock mountain

ain't no mountain high enough
hang on there, dear...

aku bertanya, sulitkah berjuang memanjat Gunungmu? 
"tidak sesulit saat menuruninya,"
begitu jawabmu. 



fear of fear


rasa takut mengakar
tak surut meski dibakar

paaam...paaaam paaaam

menggali tanah lebih dalam
mengeruk luka kelam

paam..pam paaaam

rasa takut berbenih keraguan
berbuah keengganan
menjerat langkah terpadam

paaam..pam paaam

jangan takut,
jangan.
biar kunyalakan terang
dan lihatlah benderang


Sabtu, 06 Februari 2010

losing your head, eh?

Now, now darling
oh don't lose your head
cause none of us were angels
and you know I love you
.
.
.
out of the blue

on Weimar's edge



weimar.06.02.2010
on Weimar's edge
there is no boundary 
.
.
.

kering

langit sudah kebiruan
angin mulai terdengar
sebentar lagi matahari datang
semi diujung pandang

weimar.06.02.2010

Kamis, 04 Februari 2010

"kakak cimut jangan nangis"


tidak ingat bagaimana asal usulnya hingga dia bisa jadi salah satu anggota rumah. tubuhnya yang saat itu mungil dan ringkih, putih dan kemerahan--muat di kantung kertas sebesar telapak tangan. itu yang masih saya ingat dengan jelas. memiliki sesuatu untuk dilindungi, membuat saya ingin membawanya pulang. 

saya ingat bagaimana kesabaran ekstra dibutuhkan. saat dia masih kecil dan suka mencret, saat dia belum akrab dengan manusia dan doyan pipis sembarangan, saat dia mengintip dari celah kardus dan merusaknya kemudian. saat dia beol ditempat tidur. saat dia ketakutan melompat turun dari atas meja makan. saat dia menggaruk hidung dan telinganya. saat dia berlalian mengelilingi kemanapun saya berjalan didalam rumah.  saat dia berpose untuk kamera. saat dia tertidur dibelaian. saat dia berlali dan kehilangan kendali. saat dia mencuri brownis. saat dia menyambut kepulangan. saat dia mengetuk pintu kamar. saat dia bermain. saat dia menatap. saat saya menyayanginya dan dia menyayangi saya. saat saya menangis sendirian dan dia menemani, berbaring disebelah saya, melalui hatinya berkata "kakak cimut jangan nangis". 

tetapi sekarang saya menangis. semenjak usianya makin tua, semakin banyak penyakit melumpuhkan keceriaannya. memintanya bertahan hingga saya pulang bukan sesuatu yang berlebihan bukan? hingga pada akhirnya dia sudah tak sanggup lagi. bukan karena menyerah, saya tahu dia berusaha menunggu saya--melainkan sudah saatnya.
saatnya dia pergi. 
perjumpaan terakhir adalah malam sebelum keberangkatan saya kejerman, saat itu dia menemani saya berkemas, kami sedikit bercakap-cakap. 
"janji ya tunggu kakak pulang..."
dia lalu mendekatkan dirinya meminta dibelai.

keesokkan paginya, sedikitpun dia tak menunjukkan diri. 

rindu...rindu dia...

tiga hari kemarin, dia mendatangi mimpi. tersenyum dan membiarkan saya memeluknya lebih lama. andai saja saya memeluknya lebih lama dari yang lebih lama--tak menyangka dia akan pergi tanpa mengizinkan saya menemani saat terakhirnya. pedih. 
lima tahun bukan waktu yang singkat, namun cukup cepat untuk bisa menyayangi dia seperti ini. saya bersyukur, sempat membawanya pulang dan menjadikannya bagian dari 5 tahun saya. dia bukan hanya seekor mahkluk kelinci, tapi perwujudan kasih sayang dalam pertautan jiwa.
umay...

farewell, umay...semoga semasa hidupmu kamu bahagia. kakak sayang kamu. terimakasih ya

Rabu, 03 Februari 2010

looking in


i look at you and see the girl
who lives inside the golden world 
but don't believe 
thats all there is to see
you'll never know the real me

Senin, 01 Februari 2010

the bridge


is it the way to go? 
.
.
.
i am seeking for the bridge
which leans from the visible to the invisible
through reality
.