Kamis, 22 Januari 2009

dongeng bangun tidur

hari itu sangat cerah tidak seperti biasa...si piki dan si popo piknik di pinggir sungai, diantara rerumputan dan angin yang membelai. "cerah ya?" kata si piki, "iya" sahut si popo.

"mumu tau ga si piki sama si poko itu apa?"
"huummm, cacing sama siput kechu?"
"hihihi, nyalis...si piki itu kancing, si popo itu peniti"

ditengah kesantaian yang nyaman, tibatiba di sisi sungai sebelah sana, terdengar suara dentuman. seperti sesuatu jatuh dari langit. DEBUUUUMMM. si piki dan si popo mendapati bulan terdampar di bumi, kebingungan dan murung. "aku kenapa bisa ada si sini?" tanyanya. namun, si piki dan si popo samasama tak tahu. 

"uhhh, bulannya jatuh...debun...kasian >_<"
"iyah, debun mumu...chuu"

si piki bertanya pada matahari "hei matahari, tahukah kamu kenapa si bulan bisa jatuh?". matahari tidak menjawabnya, malah bersinar makin cerah. bulan mengeluh "tidak ada yang bisa menolongku", si popo berkata "tenanglah,kami akan membawamu kekota dan membantumu supaya dapat kembali kelangit". siang hampir sore, si piki si popo serta rembulan pulang ke kota melewati padang rumput.

"pu, mereka jalan pake apa? emang punya kaki? hihihi"
"hihihih, iya yah...pake apa ya? >_< "

hari sebetulnya akan usai, namun matahari masi bersinar terang. tidak ada lagi malam tanpa si bulan. 

"uuhhh, jadinya malem telus ya pu?"
"iya luchun..."

si bulan merenung,dia ingin sekali kembali kelangit dan menerangi malam untuk orang-orang. namun perasaannya masih tidak keruan. sementara itu makin lama, orang-orang semakin lupa untuk berhenti dari aktivitasnya, mereka lupa beristirahat dan tidur. karena setiap hari adalah siang.
orang-orang sangat kelelahan, mereka bertanya-tanya mengapa hari terus siang. mereka butuh malam, mereka butuh berhenti sejenak untuk mengumpulkan energi. dan seisi kota dipenuhi oleh orang-orang yang nyaris gila.

si piki dan si popo bertanya pada bulan "hai bulan, apa yg kamu rasakan sekarang?" bulan menjawab lirih" aku selalu tidak dipedulikan...semua orang lebih menyukai siang daripada malam. semua orang lebih suka bekerja daripada beristirahat. mereka lebih membutuhkan matahari makanya aku tidak disukai dibumi maupun dilangit. aku tidak berarti apa apa."

"ya ampun, si bulannya rendah diri >_<"
"iya mu, karena perasaan rendah diri itulah yang bikin si bulan terjatuh"
"padahal kalo orang2 gabisa istilahat kan gabisa tidul. kalo ga bisa tidul gabisa mimpi indah. uhhh, padahal mumu pengen sekali mimpiin pupu malem ini :( "
"hihihhihi, iya ya mu ya?"

si piki dan si popo berpandangan. si popo berkata "bulan,kamu salah...lihatlah kami semua. tanpa malam kami tidak bisa bermimpi indah. malam kami menjadi indah karena kamu meneranginya. kamu tidak boleh berpikiran seperti itu"
"benarkah?" tanya si bulan. "iya, karena pikiranmu sendiri kamu terjatuh" si piki dan si popo menangguk berbarengan. 

"puuu, emang si piki dan si popo ga jadi gila juga?"
"hihi,mereka kan pengecualian kechu, kalena luchu sepelti mumu"
"tapi mumu kan bukan kancing maupun peniti..."

raut wajah bulan berubah, lalu dia menemukan keyakinan dalam hatinya. tibatiba sang bulan mengambang ke udara...makin lama makin tinggi seiring dengan munculnya kepercayaan diri. mengambang...
mengambang...
mengambang...
mengambang pulang kelangit...

kini hari mendapat malam, matahari dan bulan bertukar peran. 

"uuhhh pupu, bulannya udah ga sedih lagi ya?"
"iya, makanya dia bisa mengambang dan bisa pulang kechu..."
"jadi dia jatuh kalena pikirannya sendili ya pu?"
"iyah, karena pikiran jahatnya tentang dirinya sendiri. bukan karena lingkungannya, bukan karena disekitarnya. karena itu dia harus menghormati keberadaannya di malam hari kechu"
"huummm...luchunya dongeng pupu"
"sini peluk..."



--bangun tidur, perasaan tak menentu. mencari pupu di list yahoo messenger--

Selasa, 13 Januari 2009

dari rumi untuk mama

Kau sudah banyak menderita…
Tetapi kau masih terbalut tirai
Karena kematian adalah pokok segala
Dan kau belum memenuhinya
Deritamu takkan habis sebelum kau mati
Kau takan meraih atap tanpa menyelesaian anak tangga
Perahu yang sudah hancur berpuing-puing
Akan menjadi matahari di lazuardi, karena kau belum mati
Deritanu akan berkepanjangan..
Padamkan dirimu diwaktu fajar, arahkan tombakmu pada dirimu, hancurkan dirimu...
Karena mata tubuh seperti kapas ditelinga...
Wahai kau yang memiliki ketulusan...
Jika ingin terbuka tirai...pilihkah kematian dan sobekan tirai...
Kematian adalah perubahan untuk masuk kedalam cahaya.

Rabu, 07 Januari 2009

wonderful

i woke up this morning, and you're the first thing on my mind...thank you sweetheart, for the good news you gave to me.
i love you...

Kamis, 01 Januari 2009

life is such an extrem reality show

seorang wanita histeris. hasil test DNA menyatakan bahwa 5 dari lelaki dibawanya ke acara itu tak satupun dari mereka adalah ayah bayinya. bahkan suaminya pun bukan ayah bayi mereka. jelas,wanita itu telah melakukan affair beberapa kali,mengkhianati suaminya. tak jelas, sampai sekarang siapa ayah bayi mungil itu. bukan suaminya,bukan pula keempat lelaki sisanya.

huumm...mengharukan? engga sama sekali. diluar pesan yang bermaksud disampaikan oleh acara ini,menurut saya attitude para pelakon --si wanita,si priapria,si pembawa acara (kadang) APALAGI si penonton-- bikin esensi acara ini jadi tampak seperti pure hiburan semata. memang begitu kan seharusnya?

banyak fenomena tentang terjadinya perselingkuhan, affair kesana kemari,hamil diluar nikah dengan lelaki X lalu diangkat ke ruang publik dan disajikan dengan kemasan reality show membuat drama kehidupan semakin menggiurkan untuk ditonton. betul betul mengundang selera. menaikkan rating. tanpa bermaksud mengecilkan arti, suksesnya reality show semacam ini, somehow is due to its ability to provide schadenfreude dengan memuaskan hasrat penonton menyaksikan orang lain humiliated.

come,on. do we watch reality television for precious insight into the human condition?????
Please. we watch for those awkward scenes that make us feel a smidge better about our own little unfilmed lives.

reality shows as substitute for scripted drama. kita mungkin mulai menghadapi era kematian drama artifisial, hal ini karena dalam reality show kita dapat melihat orang bertingkah natural yang sesuai dangan harapan penonton dalam cara yang bahkan aktor berbakat pun tak mampu mencapainya.

ok, there's a question. bagaimana bila apa yang ada dalam reality show itu sendiri adalah sebuah drama rekayasa buatan manusia?

itu salah satu kasus.

ada lagi, dalam pandangan beberapa analisis, reality show telah menjadi fenomena politik. dalam beberapa negara, voting dalam reality television merepresentasikan the first time many citizens have voted in any free and fair wide-scale elections. kejujuran dan situasi yang apa adanya dalam seting sebuah reality show terkadang merupakan isu tabu dalam beberapa kebudayaan ortodoks. contoh; reality show macem indonesia idol punya versi lain di salah satu negara arab menjadi Star Academy Lebanon yang menunjukkan budaya hidup bersama antara peserta lelaki dan perempuan.
di cina, babak final acara Super Girl ( versi lain dari pop idol khusus untuk wanita) mampu mengikutsertakan sekitar 400 juta penonton dan 8 juta pemilihan melalui sms yang akhirnya menuai kritik dari pemerintah cina, tentang adanya upaya democratic nature dan excessive vulgarity yang tersirat dalam acara itu ( secara cina itu komunis)

reality show is the liveliest genre on the set right now. It has engaged hot-button cultural issues --class, sex, race-- that respectable television... rarely touches.