Selasa, 25 Desember 2007

yang ini terdengar membela diri

jujur deh, diantara tementemen kuliah rasanya saya mahasiswi paling gaptek sedunia apalagi sama segala software yang berhubungan sama perkuliahan. sebut aja, autocad, 3Dmax, coreldraw, photoshop, sketchup dan lainlain, dan lainlain. autocad baru saya pelajari pas kerja praktek di bali itupun karena jadi salah satu syarat kerja praktek. corel dan photoshop juga baru saya sentuh garagara tugas presentasi yang harus artistik itupun karena awalnya saya cubacuba retouch foto pake kedua software itu. sketchup baru (terpaksa) saya pake waktu awal awal TA demi kepraktisan kerja, itupun dengan banyak bala bantuan dari sanasini dan tingkat improvisasi teknik yang mungkin malah lebih memakan waktu daripada kerja manual. ini lagi, 3Dmax, padahal waktu kerja praktek saya sempet bisa cuma karena saya frigid-in dalam waktu yang cukup lama, kemampuan saya (yang waktu itu juga paspasan) menurun tajam.

saya biasa kerja manual- kecuali untuk gambar kerja yang bakal lebih presisi kalo pake autocad- karena saya emang suka bekerja pure pake tangan. rasanya puas ngikutin proses gambar dari bikin sketsa, nebelin outline, mulai ngewarna dasar, finishing touch, finishing touch2 sampe hasil akhir. terdengar primitif sih, tapi saya nikmatin banget metoda itu. banyak jalan menuju roma, dan saya juga yakin Tuhan ga akan menghukum hambanya garagara dia gabisa mengoperasikan suatu software tertentu. harus saya akui, dalam dunia kerja dimana semua orang berusaha menghargai efisiensi dan kepraktisan tentu akan lebih mudah bagi para designer apabila bisa menguasai sotfware yang mendukung bidang keilmuannya.
itu cuma masalah teknik, bisa dilatih, bisa menjadi bisa karena terbiasa (saya lagi membesarkan hati lho ini) bagaimanapun juga otak dari seorang desainer tidak berarti terrepresentasi melalui kemampuan teknisnya (saja) tapi juga dalam kemampuannya menganalisa problem kemudian mengatasi masalah tersebut dengan desain.

saya kemarin ini sempet keukeuh pgn mengganti semua porto (yang manual) dengan 3Dmax untuk jadi portfolio sebagai syarat aplikasi sekolah master di jerman. pokoknya harus, mau tak mau. setelah dipikirpikir, daripada maksa dan melampaui kapasitas saya (karena ada deadline aplikasi, yuhuu...!! dan saya ga mungkin berkutat dgn 3Dmax sementara udah deket tenggatnya. dan lagipula siapa bilang hasil 3Dmax saya canggih lunar binasa?) dengan urusan lain yang engga tercover. jadi, saya benerbener akan apa adanya, yang saya benerin justru kerjaan manualnya, kaya perspektif. yang jelas, saya berusaha bekerja seoptimal mungkin menggunakan bahan yang ada tanpa mengada-ada.

jadi, selamat datang cat airrrrrrrrr!!!! (beneran primitif ya??)

Jumat, 21 Desember 2007

what??!

oke, ini udah mau tutup taun aja... dan saya belum berprogres banyak untuk persiapan sekolah S2 kejerman. lalalalala...

stess...?
bisa dibilang begitu

Selasa, 18 Desember 2007

saya ingin...

setelah 4 taun kuliah ngas nges ngos di cap gajah, saya jadi menarik suatu kesimpulan atas studi yang saya ambil, dan memahami maknanya sedikit demi sedikit membantu saya memperjelas peran yang ingin saya isi.

buat saya, desain adalah spirit yang menggetarkan saya sebagai pribadi, karena desain berarti kreasi sebuah nilai baru yang memimpin ke sebuah masa depan yang juga baru. mendesain menurut saya haruslah mampu melampaui ekspresi pribadi, tidak hanya merefleksikan sesuatu yang trendi, tidak juga berupa pameran dari kegiatan teknisi.

jadilah disini saya sekarang, mencoba berperan untuk berkarya dan berani menampilkan sebuah karakter diri yang mencerminkan budaya bangsa saya juga melalui perenungan yang sangat dalam akan esensi desain. sebuah desain yang mudah dimengerti dan bernilai tinggi akan mampu menggerakkan hati setiap orang.

saya ingin...

Selasa, 20 November 2007

i admit that, honey

pastinya saya ngibul kalo bilang, saya ga pernah merasa cemburu.


saya ngomong (red-nulis) yang sebenar benarnya kalo mengaku bahwa saya ga pernah merasakan cemburu intens seperti sekarang ini. bisa dibilang, cemburu itu sesuatu reaksi negatif terhadap ancaman nyata atau ancaman yang dibayangkan terhadap hubungan cinta cintaan. anehnya, cemburu saya kebanyakan datang dari perasaan terancam karena imajinasi sendiri, dan ini makin menjadi jadi.

nah, benarkah eh benarkah kalo cemburu itu merupakan indikator rasa cinta?
saya cemburu dan bisa menjadi sangat kekanakkan...sesuatu yang belum pernah terjadi pada diri saya sebelumnya.

Senin, 08 Oktober 2007

meranggas

bandung panasnya menggila lho ini, jangan ditanya berapa kacaunya temperatur kalo siang yang pasti pagi buta aja udah bisa bikin kipas kipas kegerahan. mandi jadi sesuatu yang istimewa akhir akhir ini secara saya mandi cuma kalo buat keluar rumah aja ( itupun kadang hanya Tuhan yg tau kapan saya mau)

jadi kalo biasanya pagi jam 8an saya jogging disekitar kompleks, sekarang ini saya harus agak berserah diri untuk bangun lbh awal sekitar jam 7 atau setengah 6 hanya untuk menghindari matahari yg panasnya udah kaya obor disorot ke muka, ampun ampunan deh. mungkin oke buat pembakaran kalori tapi engga buat kelangsungan sel sel kulit (ayayayaya, sejak kapan saya peduli beginian ya?)

...
(ayayayaya, sejak kapan saya peduli beginian ya?)
...

sejak, mood semua orang dirumah ini memburuk dan mereka menyalahkan cuaca.
lho??

gini, seringnya sih ibu saya yg ngomel ngomel duluan lalu omelannya menular pada adik saya lalu kelinci saya entah gimana ikut2an ngomel dengan caranya sendiri--kemudian mereka bergelimpangan di lantai, satu satu dengan asiknya menye menye. bikin saya ikutan males dan akhirnya ngomel ngomel juga karena harusnya saya ngurusin hal lain selain tiduran dilantai dengan pintu terbuka yg bawa angin semriwing masuk.

panas bikin panas, ya hati ya badan ya perasaan...
padahal saya bakal mudik ketempat2 gerah tak manusiawi sehabis lebaran ntar
tasik-cirebon-palembang, what a roadtrip!

terakhir kepalembang walo banyak bergelimpangan makanan, tapi saya tetep ga sukses nyembunyiin mood jelek gara2 panas. itu pasti banyak yg jadi pikiran--males keringetan lah, males mandi lagi lah, males seseknya lah, males kipas kipas lah dan lain lain.

panas bikin males
huuuuuu

Minggu, 30 September 2007

namanya mamoru

cinta pertama saya adalah tokoh kartun pemeran sampingan bernama mamoru chiba dan disaat genting, dia menampakkan sisinya yg lain --taxido mask,memakai tuxedo perlente dan jubah hitam yang bergoyang di kegelapan malam.

saya selalu merasa dialah sesungguhnya obsesi.

apa yang saya asumsikan mengenai dirinya adalah harapan kanak kanak saya. mamoru chiba saya lihat sebagai lelaki dewasa,dengan selera humor dan family man (saya akui, sekarang ini alasan saya pertama kali tertarik pada lawan jenis adalah kemampuan humornya yg diatas rata2 dan penyayang keluarga sejati)

lalu ketika ia menjadi taxido mask, keinginannya yg kuat untuk melindungi, kuat dan dapat diandalkan bikin saya terpana banget.

jadi, benarkah saya masih mencari cari sosok taxido mask untuk saya? hmmm,konyol

delete

kemarin saya terjaga, setengah malam saja--namun tampak selamanya. menimbang-nimbang, apakah ingatan akan semudah ini saya hapus lalu direlakan pada masa lalu? menjadi setapak yang telah saya lewati bersamanya, meski tak pernah sampai pada ujung jalan.

masih memikirkan.

akhirnya satu satu saya hapus sekian sms yang sudah saya kumpulkan sejak pertama kali mengenalnya, tidak rela, tidak ragu.

hati saya sakit.

dia dan caranya entah mengapa seperti mengabaikan kedukaan saya, beralih sok tahu dan merasa paling tahu. saya terintimidasi.
sampai tadipun masih ada sepuluh lusin sms tersisa--hapus,hapus,hapus. urusannya beres sampai disitu? tidak. nenek nenek lacurpun paham bahwa menghilangkan ingatan tak semudah menciptakannya. ada yang menyapa, minum teh sore bersama diserambi namun tidak pamit pulang. begitulah memori itu.

Minggu, 23 September 2007

percakapan diare

setelah obrolan petang di meja makan, dengan perut yg tak terlalu kenyang dan secangkir teh panas agak dingin untuk diminum -- saya mengakui bahwa,kisah yang saya dengar barusan tidak akan pernah menjadi membosankan atau terlalu tua untuk saya ingat.
bagaimana dengan senyum tertahan,ibu saya menceritakan bahwa saya menjadi pencarian seisi rumah ketika berusia 4 tahun tidak ada dirumah pada waktu malam --saya heran, kenapa sebelumnya ketidakberadaan saya engga disadari-- ternyata kebiasaan saya bepergian sendirian,penuh kemandirian, berkunjung kerumah tetangga, menyapa mereka dan pulang dengan membawa pakaian baru dari ibu rumah tangga kegenitan adalah kepribadian saya yang murni. saya emang suka melonyor pergi dan percaya diri akan baik-baik saja walaupun cuma sendiri. dari dulu saya menikmati sendirian, tanpa takut merasa kesepian.
selama tiga bulan penuh saya pernah dirawat kerabat karena ibu saya melakukan pelatihan diluar kota dan ayah (tiri) saya angkat tangan ngurusin saya seharian --belum lagi sebenarnya pada awal-awal tahun usia saya, saya diasuh oleh nenek-- jadi terkadang saya merasakan betapa kasih sayang yang saya peroleh tidak pernah lengkap dari dulu hingga kini. ada kekesalan tentu saja, karena hari-hari masa kecil saya memang tidak selamanya memiliki saat-saat penuh cinta --yang selalu, katakanlah mendambakan pillow talk, ciuman selamat malam dan kata "aku cinta kamu"--
namun, kekesalan itu tidak berlangsung lama saat saya mengetahui seseorang sedang berusaha menebusnya. menebusnya dengan doa dan harapan meminta agar saya menjadi manusia yang bahagia.
mendengarkan ibu saya bercerita bagaimana ia setiap malam, dalam tahun2 akhir kehamilannya selalu membacakan surat maryam untuk kandungannya.lalu usahanya untuk membuatkan lesung pada pipi saya dengan bantuan bawang putih lalu kengerian saya karena saya nyaris gak beralis kalau saja ia tidak rajin mengoleskan minyak kemiri pada sibakal calon alis.serta urusan-urusan lain dimana ia memperhatikan setiap detail--menjemur saya dengan rutin, gemes karena rasa ingin tahu saya yang bisa bikin repot,geli karena pertanyaan2 bodoh saya yang nampak seperti orang kampung,kerewelan saya yg bisa menjemukan, dan lain lain dan lain lain--

saya pikir, kenapa saya banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan sesuatu yang memang tidak pernah ada dan bukannya bersyukur akan sesuatu yang nyata dan sudah ada --selalu ada--
saya punya kenangan tentang itu, dan saya memilikinya hingga sekarang.
adalah ibu saya.

Selasa, 11 September 2007

timeless

seberapa jauh keinginan saya untuk mati dan betapa saya mencari alasan untuk tetap hidup, tak ada satupun memuaskan kegilaan ini.

jadi saya memilih,
untuk...

Jumat, 31 Agustus 2007

thumb was numb

setelah beberapa hari cukup merana lalu menjadi sangat merana gara2 jempol yg dampak bengkaknya ga kasian sama empunya tangan, akhirnya awal hari ini bisa dimulai dengan nulis pake jari jemari tangan kiri tanpa terlalu cemas si jempol bakal menimbulkan nyut2an seenak perutnya (jempol punya perut mot?)awalnya saya sama sekali ga punya ide ttg kenapa si jempol tiba2 bisa membengkak mengalahkan kebuntetan yg biasanya? oke,sering sih saya pletekin kalo lagi iseng ato cuma sekedar menggertak keheningan dengan suara pletekan sendi yg kaya ranting keinjek. tapi lebih seringnya, saya main2in si jempol cuma buat pamer sama beberapa teman ttg betapa lenturnya si jempol karena bisa melenting hingga ujungnya mencapai punggung tangan(betapa bangganya kau dengan keabnormalan itu, mot)mungkin dia kesal juga terus2an dijadikan komoditi penarik perhatian dgn bakat melentingnya itu (tapi ya jempol, jgn terlalu kepedean. semua jari saya rata2 emg bisa melenting seperti kamu, kok cuma kamu yg pasang aksi protes macam itu?)dan dia menemukan cara alami untuk bikin saya berhenti "mengutak ngatik"nya. engga sampai disitu dia membuat saya menyesal, setelah jempol saya pletekin, saya lentingin, saya pelintir,dia kemudian menimbulkan rasa nyeri-terus jadi ngilu-terus keliatan agak membengkak-terus saya kasih sedikit perhatian dgn pijitan icip icip sok tau-terus memerah dan bengkaknya bikin jempol saya kaya kena gajahan-terus saya pura pura ga panik walaupun si jempol menularkan aksi "protes"nya nyaris pd seluruh anggota jejarian tangan kiri.
cobaaaaaaaa bayanginnnnnnnn!!!!!!! si jempol yg bengkak,ngilu,kaku tiba2 bikin sebagian telapak tangan kiri saya membelot dengan ikutan terasa nyeri dan kesemutan. kerugiannya ga bisa dikalkulasikan, saya apes berat dgn kehilangan kemampuan menggenggam sesuatu secara sempurna. gabisa smsan pake dua jempol,gabisa megang gelas jus jumbo pake tangan kiri sambil megang barbel, gabisa mijit, gabisa nyetir dan mindahin gigi mobil,gabisa megang tali tas yg diselempangin di bahu kiri,gabisa buka lembaran buku,huhuhuhuhuhu. jadi fungsi jempol sudah tergantikan, saya coba pake jari tengah dan telunjuk untuk bikin tangan kiri tetep berguna (saya menjepit sesuatu dengan mereka. butuh usaha ekstra supaya barang yg saya pegang ga terjatuh atau --yg paling buruk-- menyenggol si jempol)
kecemasan berlipat, apa karena ligamennya aus? apa karena sendinya nyengsol? apa karena ada pembuluh darah yg rusak? apa karena dia memang ingin menghukum saya?
maafkan saya, jempol.
saya tampak seperti manusia lengkap padahal cacat tanpa dia memainkan peranannya. saya jadi thumbless. makanya alias jempol adalah ibu jari, ga heran karena ternyata pengaruhnya begitu besar buat menggerakkan sistem tangan kiri. dia menyatukan semuanya.dia yang "si pegang kendali" .bagaimana bisa menggenggam hanya dengan empat jari? (tanpa bermaksud mengecilkan arti jari yg lain lho ya,karena ga mungkin saya ngupil pake jempol)
lega sekali ternyata jempol ini udah ga terlalu mengkhawatirkan (meski penampilannya masih bulet kaya lontong)tadi malem saya panasin pake penghangat punggung dan rada pasrah kalo semisalnya si jempol masih pundung.
hufffff,mulai sekarang saya akan memperlakukan jempol dengan hati2 sebagaimana mestinya (dan berlaku buat jari2 yg lain) yah tapi sekali2 gapapa lah saya lentingin dan pletekin dikit2.
ya jempol?? (aduh, tiba2 dia berdenyut lagi)

Senin, 20 Agustus 2007

prolog:muntahan patah hati

akhir2 ini kayanya makin antisipasi ama kemungkinan2 patah hati. ada yang mengingatkan buat selalu bercermin pada apa yang pernah patah hati kontribusikan pada kesehatan emosional ini. lagi2 tahun lalu (tahun lalu tanggal segini lagi rawan2nya sama dampak jangka pendek patah hati) bikin hari ini rasanya penting banget buat disyukuri,hmmm. lega, rasanya lega.
apa yang waktu itu saya lakukan pertama kali ketika patah hati ya?

kalau sebagian sebagian orang akan tenggelam dalam kesedihan, membiarkan diri berenang2 dalam kedukaan, hati yang berkeping-keping menjadi alasan kegagalan dalam studi, pekerjaan dan kehidupan. seolah-olah gak ada lagi masa depan setelah hubungan cinta disudahi.
sebagian yang lain akan berusaha melupakan. menimbun perasaan dengan kerja dan kesibukan, dengan bonus kelelahan diakhir hari. rasa sedih dan kesepian hanya sempat terselip, sebelum lenyap dibaur lelap dan mimpi. semoga sakit hatinya ga mengejar sampe alam mimpi.
waktu itu saya menjalani keduanya. berusaha tegar menantang. atau justru menjadi rapuh luruh dengan air mata mengalir ga berujung. sampai akhirnya saya menemukan cara lain.
cara yang ketiga adalah menerima kenyataan. lalu ga berusaha melupakan. seorang teman pernah protes keras tentang hal ini.
"nggak berusaha melupakan? ah, justru melupakan itu adalah hal pertama yang gw pikir harus dilakukan" katanya.
ya, setelah patah hati, banyak yang ingin jadi amnesia. lupa segala hal yang berkaitan dengan mantan. karena tiba-tiba seluruh dunia dan kehidupan di dalamnya adalah tentang mantan. apa yang begitu sulit dari melupakan? well, because forgetting is a natural process created exclusively by God, so you just can't make it up. setiap kali kita ucapkan dalam hati "aku harus lupa!" ingatan akan melayang pada "harus melupakan apa?" dan kita akan terus ingat, ingat, ingat dan berharap menjadi amnesia.
yang paling menguras perasaan pada saat-saat patah hati adalah ingatan akan segala hal kecil. yang seketika membesar.
seperti muntahan emosi patah hati yang ga berujung bahkan ketika air mata terasa sudah mengering. hari2 itu dengan pedenya saya isi dengan ngeposting blog yang isinya curhatan seputar kegilaan masa2 putus, (bahkan seorang sahabat bisa merasakan auranya)depresi, gak semangat ngapa2in, susah berpikir positif dan hal2 lain yang nyelekit buat ulu hati.jadi, disini ada 4 postingan yang pernah saya post di blog fiendster lalu saya delete lagi karena ngerasa terlalu mengundang reaksi mantan waktu itu (sebenernya harapannya awalnya juga itu sih, tapi lama2 jadi ngerasa ga luci lagi)dan reaksi komentator bahwa saya patah hati dgn menyedihkan--
saya posting lagi buat menanggalkan segala kesan buruk yang saya terima dari diri saya akibat patah hati itu, apa salahnya dengan patah hati? dan apa salahnya dibagi2? hmm...

Jumat, 17 Agustus 2007

muntahan patah hati

Postingan penutup, dibuat di bandung sesaat setelah bertemu muka dengan si ‘penjahat’ yang gak menganggap saya. bener2 penuh instropeksi, lebih tenang dan objektif dari postingan2 terdahulu. Lebih jujur terhadap sebab akibat dengan gaya bahasa ga “seajaib” sebelumnya. Auranya melembut (tapi ttp aja, diam2 menghanyutkan) dan berusaha mensastra, hahahaha.
Teman baik saya sekarang sempet nangis baca ini. Saya? Air mata saya waktu itu udah mengering.



Brokenhearted-stanger in me

Seringkali aku merasa seperti anak anjing yang penuh semangat, terengah-engah merindukan tepukan orang lain. Emosi adalah sesuatu yang kuberikan dengan terlalu mudahnya. Aku memerlukan pengakuan orang lain sedemikian kuatnya sehingga setiap pertemuan, walaupun begitu cepat dan tidak teratur, terasa bagaikan sebuah pertunjukkan. Usaha ini sungguh melelahkan, tapi akhir-akhir ini telah membuatku sadar betapa berantakannya perasaanku ini. Hal ini terlihat seakan-akan aku sedang membagikan bagian tubuhku, sedikit demi sedikit, yang tak akan bisa kuambil kembali. Aku menjadi setumpukan bagian tubuhku yang tercerai berai didalam sakuku, terjebak dalam obsesi untuk selalu menyenangkan semua orang, tapi ini sebenarnya adalah sebuah penyakit, aku butuh sambutan.

Mendambakan seseorang datang.
Lalu aku mengetahui kamu menginginkanku, tidak butuh lama untuk menangkap sinyal itu. Aku hanya mengetahuinya bahwa itu kamu. Dan berharap akan selalu kamu.

Tapi aku tak paham, apa yang telah kuperbuat padamu. Apakah aku telah mencintaimu terlalu dini sehingga ada sesuatu dalam dirimu datang mengelabuhi instuisi? Dalam cinta-- tak tahukah bahwa dirimu telah membuat dentuman granat begitu hebatnya sehingga tiada lagi yang dapat kusisakan dalam diriku kecuali butir serpihan. Aku ingin pulih dari serangkaian pertanyaan yang bahkan tak kumengerti harus memulai menjawabnya dengan alasan bagaimana. Aku masih membutuhkan akhir dari kalimat itu. Ya, kita tamat. Aku bahkan masih mampu menangkap sosokmu melalui sudut mata, dan menyakitkan karena kamu tak menyadari aku disana, terkurung dalam pelupuk matamu yang dulu selalu melihatku berkali-kali. Patah hatiku karenamu tidak berlangsung serentak. Ada lonjakan berulang-ulang dan menyedihkan. Berharap perasaanku padamu merupakan kekeliruan atau reaksi emosional yang tergesa-gesa, mungkin dengan demikian aku dapat mengira bahwa diri ini sedang memanipulasi rasa sakit. Tapi tidak demikian adanya.

Aku memaafkanmu, sungguh. Meski bagiku berat mengakui bahwa aku hanyalah bagian dari pertemuan singkat dan tak layak untuk diingat. Tapi lukanya tidak berakhir sampai dengan malam terakhir aku menangis karenamu. Mengingat bahwa kamu mengetahui semua kepayahan yang kumuntahkan pada hari aku berlindung padamu, ketakutan dan lumpuh oleh amarah membuatku merasa sudah mengkhianati diri sendiri.

Masih bertanya hingga sekarang, apa yang telah aku perbuat? Memintamu untuk menjadi seseorang yang lainpun aku tak pernah, tak pernah mengabaikanmu sekalipun, tak pernah menolak kritik-kritikmu dan selalu mencoba tersenyum memahami perangaimu yang kadang mengingatkanku pada seorang manusia yang pernah memporak porandakan impian masa kecil. Karena aku mencoba untuk mencintaimu dengan menerima apa adanya dirimu, suatu pelajaran yang kuperoleh dari hubungan sebelumnya yang kukira akan berhasil pada hubungan kita.

Jelas terbayang malam kita berpegangan tangan untuk terakhir kalinya sebelum kamu menghilang, setelah kamu bertanya padaku mengapa aku tampak murung. Kamu bilang aku harus kuat. Apakah karena kamu telah menerka bahwa aku akan dicampakkan olehmu dalam keadaan rapuh dan sendiri? Lalu kamu memintaku kuat agar mau tak mau aku harus dapat menopang kegetiran dari awal tanpa kamu perlu ada dan ikut bertanggung jawab karenanya?
Kenapa kamu begitu picik?
Apa yang kamu pikirkan tentangku?
Manakah dari bagian-bagian itu yang hanya pura-pura?
Cintaku padamu dulu ternyata kesia-siaan belaka, kadang kepekaan ini menyulitkan diri sendiri. Apa yang kukira telah usai—lukanya memang mereda namun ingatan menguat makin lama. Lubang besar itu kian menganga, penuh dan dalam. Menjeratmu lagi dengan apa, setelah semua cara biasa menjadi tak berdaya.

Ajari aku memaknai perkataan “aku lupa”
” aku lupa pernah mencintaimu ”
” aku lupa pernah bersamamu ”
” aku lupa rasanya terluka karenamu”

Begitukah semestinya? Apakah dengan kehilangan ingatan tentang dirimu akan membantuku mengatasi surutnya rasa percaya diri? Apakah harus selalu ada jawaban yang berlogika?
Yang harus kupahami mulai dari kini adalah—ketidaktahuan dan keterbatasanku mungkin akan mempertemukanku dengan seseorang yang lain, yang mencintaiku dan menjaga perasaan itu sampai dengan waktunya.

Baiklah, aku akan menunggu hingga saatnya nanti ditemukan lagi...

Rabbit’s Bella Luna

Belum lama ini, kelinci saya si umay (kelinci jenis lion himalaya) memiliki kebiasaan baru yang cukup membuat seisi rumah terkikih dan tak jarang merasa risih. Gimana engga, sejak umurnya genap 2 tahun sehari setelah ulang tahun saya tanggal 13 agustus, kelakuan minusnya makin menjadi(brutal) –sekarang umay hobi jilat2 jempol atau telapak kaki orang, jilat kain pembungkus bantal, jilat ujung meja, jilat,jilat,jilat. Tidak hanya itu, beberapa penghuni rumah bahkan pernah memergokinya sedang melakukan ”self service” pada kain lap tempat yang biasa dia kencingi.
Umay itu kelinci jantan,dimanja sepenuh hati, mahkluk menggemaskan yang mudah diampuni bila giginya udah nyamber kabel listrik atau mebel kayu hanya dengan menunjukkan tampang ”bodoh”nya. Dia pangeran dirumah ini, segala gerak geriknya diamati, sesuatu yang baru dari dia amat dinanti. Seperti dua kebiasaan baru umay yang salah satunya bikin kita –terutama saya—kelabakan mencari solusinya (saya gak bilang tentang kebiri lho)



Sepakat, kami harus mencarikan umay ”teman” wanita. Ada beberapa pertimbangan disini, kelinci itu lebih baik dipungut sedari bayi supaya bisa diajari macam2 dengan cermat, walaupun repotnya minta ampun (waktu umay masih 4 bulan, dia tidur sekasur sama saya, masih buang air sembarangan, dan jalannya suka nabrak2) tapi pertimbangan lainnya adalah supaya bisa mengimbangi kebutuhan biologis umay, calon ”teman”nya harus kelinci betina yang matang dan siap untuk dikawin. Tetapi, kendala kelinci yang udah dewasa itu bisa jadi ndableg, susah diatur, belum lagi dengan kepribadian yang gak bisa dipastikan.
Adik saya menyarankan untuk mencari kelinci betina yang masih bayi saja, jadi bisa diajari dari awal, supaya untuk seterusnya ga ngerepotin (umay itu kalo laper minta, punya sudut tempat pipis dan tertib buang air besar)—tapi itu artinya umay harus menunggu kurang lebih setahun lagi saat usianya sudah 3 taun lebih (setengah dari masa hidup rata2 kelinci) atau kalau mau memaksakan, kita ”bikin” aja mereka kawin yang artinya saya mengajarkan umay bertindak tidak senonoh terhadap kelinci dibawah umur, huhuhuhu.
Jadi, akhirnya saya memutuskan untuk mencari kelinci betina yang setengah umur umay, mungkin masih bisa diajari dan mudah2an cukup subur untuk dikawinkan (teori saya adalah manusia saja wanitanya bisa lebih cepat dewasa dibandingkan pria, masa binatang ga bisa pake dasar teori yang sama?) dengan umay. Saya udah bisa ngebayangin betapa lucu (repotnya) anak2 mereka nanti (duh, dicari calonnya aja belum).
Sabar ya umay...

What Type of Passionate Woman Are You?


Your Passion is Red!
You've got that spark - a good dose of intensity, power, and determination.
You do whatever you want in life ... to hell with what anyone thinks!
With so many interests and loves, you're always running around doing something new.
You have fire in your eyes, and it shows. Bet you're even wearing something red!

hujatan dalam pujian

”Indonesia adalah bangsa besar. Tanda kebesarannya antara lain lapang juwanya, sangat suka mengalah, tidak lapar kemenangan dan keunggulan dari bangsa lain, serta tidak tega melihat masyarakat lain kalah tingkat kegembiraan dibanding dirinya.”
”Kita benar-benar sudah hampir lulus menjadi bangsa yang besar. Dan puncak kebesaran kita adalah kesediaan kita untuk menjadi kerdil.”



Angin yang membuat saya begitu bersemangat untuk mengomentari pemikiran seorang Emha Ainun Nadjib ternyata cukup membuat saya tertawa dalam hati. Kenapa dia bisa begitu satir dalam setiap kalimatnya? Sama halnya ketika saya mulai tertarik pada karya2 William Hogarth –yang dikenal dengan nama David Low—sebagai seorang ’Grandfather of Satire’


Gin Lane karya David Low 

Ada apa dengan sesuatu yang bersifat menyindir? Agaknya seperti serat mangga yang terselip diantara gigi, tak menarik perhatian namun cukup mengganggu kenyamanan. Coco Channel dalam sebuah peragaan busananya pernah berkata bahwa dia lebih menghargai hujatan secara langsung dari kliennya ketimbang sindiran sebagai sikap melindungi diri dari gagasan tersirat yang menyinggung perasaan.
Beberapa memilih untuk dinilai secara terang-terangan, terlontar depan muka tanpa perisai kata-kata manis yang sesungguhnya menusuk. Mungkin karena dengan cara itu tidak akan ada waktu terbuang untuk mengintrepetasikan makna. Padahal menurut saya, satir adalah sebuah hujian cerdas (istilah yang diciptakan oleh partner saya, yag berarti hujatan dalam pujian) yang dapat menciptakan senyuman disudut bibir.
Bayangkan bagaimana sebuah pujian ternyata mengandung hujatan terselubung, begitulah cara satir bekerja dalam memperdaya emosi seseorang (maka saya berkesimpulan bahwa Coco Channel merupakan orang yang sangat berhati2 dalam menginvestasikan waktunya, saya tidak menganggap beliau tidak cukup cerdas untuk menangkap sesuatu yg tersirat)
Saya menangkap kesan bahwa satir merupakan sebuah grandeur of manner atau upaya penghalusan saat kita ingin menertawakan sesuatu yang (sebenarnya) tidak lucu. Satir merupakan humor tingkat tinggi dengan sisi gelap yang mengandung kontradiksi, ketimpangan yang mulus antara horror dan laughter, membuatmu tertawa. Dan akhirnya dengan sedikit peruntungan, kita mulai berpikir.
Mengintip pada sebuah contoh kasus, sebutlah keseharian saya pada saat pacar menilai saya sebagai seseorang yang seperti ratu lebah, menyengat namun seolah-olah tidak menyadari memiliki racun yang mematikan (ini termasuk pujatan, atau pujian dalam hujatan) apa sih yang lebih menyebalkan untuk orang lain selain kemampuan destruktif (padahal konstruktif) menular tanpa kita sendiri mengakui kapasitas itu. Hal itu seperti melukai seseorang dengan tampang polos tak berdosa.
Hahahahaha 

Mr. Curiosity--makna yang menular

Beberapa hari ini saya ketagihan buat menghadiahkan telinga dengan suara jazon mraz lewat lagu Mr. Curiosity. lirikny agak mengena untuk jiwa saya,sungguh. sanggup saya dengar berulang kali, lagi dan lagi --sampe kepikiran suara duanya--
Terlalu dini mengakui bahwa saya memang selalu mencoba untuk mencari cinta yang pada akhirnya selalu membuat saya menangis, karena apa itu cinta yang saya damba waktunya tidak pernah tulus memberikan lampu hijau.

Saya memiliki pacar, menyayanginya namun saya tak lagi menginginkannya.
Saya memiliki partner, jatuh cinta padanya namun hati saya tak boleh memilikinya.
Saya memiliki mantan, peduli pada cintanya namun menolak ketika didekati.

love is blinding when the timing's never right
who am i to beg for difference
finding love in just an instant
well i dont mind, at least i tried...


Lalu apa yang saya lakukan jika mencintai untuk kemudian menyakiti? hanya karena tidak yakin terhadap perasaan ini dan perasaan mereka.

ps: setelah mengadu pada partner ttg betapa menohoknya lagu ini, dia berinisiatif untuk merayakan ultah saya secara kecil2an sepulangnya dari jakarta ><

belated gratitude

Minggu terakhir dalam liburan gak jelas arahnya dengan fakta bahwa senin tanggal 13 kemarin saya baru saja berulang tahun dan apa yang saya dapat? enol besar. Saya bahkan ga sanggup menghadiahi diri selain menghilang dari peredaran orang2 – keliling kota seharian, sendirian, tanpa ada yang menawarkan diri (ada sih, tapi orang itu ga memenuhi tawarannya)-- satu2nya hadiah ulang tahun yang dijanjikan semesta ini berupa hujan meteor pada malam saya berulang tahunpun bahkan tidak dapat saya tangkap momennya, ugh. Oh oh, juga fakta baru bahwa Alferd Hitchcock dan Fidel Castro ternyata lahir pada tanggal yang sama (setidaknya saya dapat informasi)
Saya mau berbagi sedikit tentang kenapa hari itu saya nampak tak ingin diintervensi, tak ingin ditemani,tak ingin dihinggapi, tak ingin... pokoknya tak ingin. Padahal hari itu teman2 saya bersenang2 kedufan dengan harapan saya ikut (plus harapan lainnya kenapa saya harus ikut)
Beberapa "teman" menyesal tak bisa menghibahkan waktunya untuk saya ,maka saya putuskan tak akan meminta siapapun menemani saya melewati hari itu, saya ga mau kecewa duluan mengetahui jawaban mereka. Pesimis,pathetic dan skeptis di hari berkurangnya masa hidup didunia, sungguh langkah yang tidak mantap.
Namun rasanya gagah ketika pasangan yang mengantri tiket bioskop dibelakang saya menyadari saya beli tiket hanya untuk satu orang, mereka menatap seolah berkomentar "wah,sendirian?" lalu saya balas menatap,percaya diri "iya, terus kenapa?" terus keluar antrian tanpa terlihat "oh sial ketauan menyedihkan" --what a feeling—
Bermonolog pada hari itu membantu saya mengenal sosok pribadi, sebelumnya saya selalu mengira orang lain lebih bisa memberikan saya pengetahuan baru mengenai saya melalui feedback yang saya peroleh selama berhubungan dengan mereka (padahal kemampuan interpersonal skill-saya angin2an). kesannya saya begitu terobsesi pada diri sendiri--full of self-importance-- tapi, terus terang buat saya, untuk menjalankan inti, saya harus memahami isinya dulu. diri saya adalah musuh terbesar, saya tak mau gegabah dengan kenekatan yang biasa saya lakukan tanpa perhitungan --hanya karena ingin menjadi diri apa adanya-- karena seketika itu juga saya menjadi tidak peduli pada sekeliling.
Teringat tahun lalu ,saat 'digulung' pasir kuta dan air pantai hangat2 kuku pada tengah malam 13 agustus (hari itu minggu dan paginya saya pergi rafting bersama teman2) masih ada cheese cake ulang tahun yang lilinnya berhasil ditiup tanpa keduluan angin pantai,masih ada perayaan makan2, masih ada teman2,masih ada ketawa2, masih ada rasa haru akibat patah hati dan depresi.
Banyak input yang bisa saya dapat waktu itu. apakah karena saya banyak bergaul dengan orang2? apakah karena saya membaur dengan enteng menjadi individu kolektif? (yang biasanya saya hindari) padahal kierkergard cenderung memilih untuk sendiri, karena sendiri katanya bisa mendatangkan keheningan,dan keheningan adalah cara paling efisien untuk menemukan jiwa-- dan siapa itu kierkergard yang gagasannya telah mengusik saya untuk bertindak demikian? (omong2 kierkergard adalah filsuf yang riwayatnya tamat dalam gagasan 'kesendirian'nya sendiri)-- tapi, bagaimana dengan kenyataan bahwa, saya bisa merasa sendiri dalam keramaian. apakah dengan keheningan macam itu saya bisa menemukan jiwa?
Saya ga pernah punya jawabannya.

Senin, 06 Agustus 2007

pura pura juri

Mengingat hari jumat kemaren, saat saya diberi kesempatan untuk menjadi juri lomba menggambar anak sd dalam rangka hari keluarga nasional di balai kota-- ada beberapa hal yang membuat saya duduk lebih lama untuk merenungkan sesuatu yang nyaris tidak saya kehendaki.
Apakah yang sebenarnya sedang mereka lakukan?
Anak anak itu? Para orang tua? Para guru?
Dan saya menanyakan pertanyaan yang sama pada diri sendiri—apakah yang sedang saya lakukan disini?— setelah kemarin meyadari bahwa akan ada ideaslisme yang mesti saya larutkan semata-mata karena mengikuti arus, dan rasanya menyebalkan karena gagasan- gagasan harus dibenturkan pada masalah standardisasi yang “sudah dari sononya” . menjadi juri yang berarti ‘semua keputusan penilaian berada ditangan’ tapi bagaimana mungkin jika sejak semula tangan pemberi keputusan sudah ditandai oleh batasan yang sudah ditentukan—lalu dimana teritori saya?
Pada akhirnya saya merasa seperti pajangan, simbol intelektualitas.
Lalu kompetisi ini sendiri membawa saya pada suatu kisah lama, pada saat masih seusia para peserta ini, saya pernah melewati semacam uji kapabilitas menjadi pelajar yang selau patuh terhadap pengajar dengan mengabaikan hal-hal yang saya kira penting seperti daya kreasi. Dulu gambar yang dianggap bagus adalah gambar yang benar—gambar yang benar adalah gambar yang terlihat seperti sebagai mana mestinya. Guru kesenian sd saya berkata sembari mengintruksi pada seluruh kelas bahwa “warna daun harus hijau”,”garis harus lurus”,”matahari berada ditengah, sementara gunung harus selalu berjumlah dua” (ingatkah pada gambar suasana “pemandangan gunung dan matahari terbit dengan hamparan sawah hijau”?) dipikir2, ada apa dengan warna daun meranggas? Sehingga warnanya menjadi coklat keemasan? ada apa dengan garis jalan yang berkelok? Sehingga untuk me’lurus’kannya dianjurkan memakai penggaris yang ternyata memasifkan motorik anak yg semestinya masih luwes, dan kenapa matahari berada ditengah gunung padahal matahari terbit dari timur?. Akan memahami apabila satu tambah satu adalah dua tapi ketika diminta gambarkan suasana hati lalu mendapat perintah yang sama akan apa yang harus digambarkan rasanya kok lucu, kenapa imajinasi dipaksakan untuk diseragamkan, dikolektifkan? Ada apa dengan menjadi berbeda?
Ketika menjadi berbeda akan terlihat tidak biasa dan bukan berati tidak benar. Reaksi yang asing akan selalu ada pada hal yang tidak lazim. Duh, seharusnya saya bisa lebih persuasif dalam menentukan kriteria penilaian terhadap panitia lomba. Jadinya gak gregetan sendiri. Belum apa-apa sudah dibatasi tema. Kompetisi macam ini kadang mematikan dorongan bermain anak, mereka mungkin takut takut—takut salah, takut kalah, takut dimarahi orang tua—ini seperti citra yang salah, jadi ingat reward and punishment. lalu bagaimana dengan penilaian nantinya? Hmm...
Saya ingin sedikit melonggarkan keekslusifan juri, bagaimana jika mengajak seluruh peserta menilai karyanya sendiri? Lalu berakhir tanpa juara,semua mendapat piagam.
Hahahahaha
Apa jadinya para orang tua yg ingin anaknya menang ya? Ya tuhan,bahkan mereka masih kelas 3 sd.saya gak ragu mengatakan bahwa ini lebih seperti kompetisi untuk para orang tua yang sedang mengumpulkan piala-piala atas nama pengalaman anaknya. tidak salah, namun sungguh suatu kondisi yang dipaksakan.

comical: aneh dan menggelikan

Setiap orang dalam relung hatinya yang terdalam pasti pernah mengalami berbagai pergulatan-- mengenai aspirasinya, hidup cintanya, keluarga, cita-cita hari ini mau makan apa, pake duit siapa, hohoho—pergulatan pribadi dapat dengan mudah membuat orang memusatkan perhatian pada emosi-emosinya, harapan dan kekecewaan. Meski pada akhirnya dapat memutuskan sesuatu, biasanya keputusan itu muncul dari keyakinan hati secara pribadi dan dipersepsikan sebagai kebenaran ‘yang dirasa benar’ pada saat itu. Maka diri orang tersebut memainkan peranan penting dalam penalaran pengambilan suatu keputusan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Hanya saja, adakah seseorang yang mampu menilai dirinya secara tepat dan bulat? Untuk mengambil keputusan berdasarkan diri sendiri. Karena pengetahuan mengenai sifat diri itu tidak hanya berasal dari satu kepala. Yang diketahui dan yang mengetahui itu saling mengembangkan, dengan demikian tidak ada jawaban yang bersifat final.

Misalnya, seperti pengetahuan saya mengenai sahabat saya hari ini akan diperbaharui dan dilengkapi oleh pengetahuan saya mengenainya diwaktu-waktu yang mendatang yang dicapai melalui proses yang terus-menerus terjadi.

Bisa saja apa yang saya ketahui nanti mengenai dirinya adalah sesuatu yang tidak saya kira-kira saaat ini.
Atau, Bisa saja apa yang saya pahami mengenai diri saya sekarang ini adalah sesuatu yang tidak dapat dipahami lagi oleh saya nanti.

Lalu pada saat kapan dan bagaimana seseorang mencapai “pengetahuan absolut” mengenai dirinya? Manusia selalu mendambakan keabadian—padahal Sang Maha Absolut hanyalah Tuhan—dan ini merupakan tragedi sebab perubahan lewat waktu adalah sisi pahit yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Cinta seseorang yang kita harapkan abadi, dapat berubah karena waktu dan dalam waktu. Dambaan akan keabadian justru membuat manusia sengsara. Kita akan melulu dilingkupi oleh kekhawatiran kehilangan sesuatu.
Jadi waktu saya merasakan indahnya jatuh cinta, seharusnya saya tahu bahwa saya akan merasakan sakitnya putus cinta juga—tahu begitu saya ga usah susah payah kesenengan setengah mati gara-gara dicintai seseorang (terlihat seperti) yang tidak semestinya. Hahahahaha

Seandainya,
Seandainya manusia hanya kambing, tanpa keinginan akan keabadian atau trandensi, barangkali hidup akan jauh lebih mudah. Kita akan hidup dalam waktu—dengan dimensi masa lalu, masa kini, dan masa depan—tapi kita tak sadar mrngenai diri kita sebagai temporal beings. Tapi kita bukan kambing—yang tidak memiliki kesadaran diri kecuali merumput,kawin dan beranak—oleh karena itu kita menyadari bahwa pada titik tertentu waktu akan berhenti bagi kita.

Hidup dalam waktu berarti mengalami keterbatasan mengenai apa yang dapat kita lakukan sebagai manusia. Pernah rasanya waktu berjalan begitu lambat dan saya berharap sehari menciut Cuma jadi beberapa jam saja, pernah pula waktu berlari tergesa dan saya mendambakan 48 jam itu terangkum dalam satu hari.
Intinya adalah, sekali kita mengambil suatu pilihan, pada saat yang sama kita meyingkirkan pilihan-pilihan lain. Manusia yang sadar mengenai dirinya berarti ia memahami keterbatasan ini.

Jadi, sesuatunya harus bertolak dari KESADARAN MENGENAI DIRI
Oke, dan pemahaman mengenai diri sendiripun selalu berubah—jadi memang ga ada yang otentik didunia ini. Manusia harus pandai beradaptasi bahkan dengan dirinya sendiri.
Dalam situasi nyata, kita mendapati diri kita sebagai makhluk yang terbatas tetapi disaat yang sama juga dituntut untuk memaknai hidup yang tidak sekedar bersifat sementara, melainkan yang bersifat abadi dan tak terbatas bagi EKSISTENSI kita.

Between God and human beings however there exists an absolute difference an hence this direct equality is a presumptuous and dizzy thought.

Jumat, 03 Agustus 2007

What Kind of Flirt Am i?

You Are a Coy Flirt
You may not seem like you're flirting, but you know exactly what you're doing.
You draw people in, very calculatingly, without them even knowing.
Subtle and understated, you know how to best leverage your sex appeal.
A sexy enigma, you easily become an object of obsession.

does not exist





---> primary photo yg terakhir "restart"




beberapa hari yang lalu saya dan rasa ingin tahu ini rupanya menimbulkan kesulitan yang dampaknya baru dirasakan sekarang. jadi entah kenapa, account friendster saya lenyap setelah malamnya saya membuka profil perempuan asia imut yg bikin penasaran (?) sebenernya saya juga ga bisa buka profilnya karena yg keluar adalah halaman login--jadi, saya pikir saya mesti masukin alamat email beserta password supaya bisa balik ke home-- tapi beberapa kali urutannya begitu mulu. menjadi bosan ngerasa dikerjain dan ngabisin waktu lalu saya logout.


pacar saya melapor besok sorenya lewat offline mssg yahoo messager, katanya setiap mau buka profil friendster saya selalu redirect dan kembali pada halaman login. jadi pada intinya seseorang telah menyabotase account frienster saya-- padahal ketika siangnya masih dalam keadaan tidak bisa dibuka saya masih berharap kalau kekesalan ini cuma sementara-- adik saya bilang dia juga pernah begitu dan gak berlangsung lama.tentu saja dengan kronologi yang lupa saya tanya. sudah ada 4 hari dan saya kesepian tanpa bisa buka account friendster saya. bukan cuma karena kehilangan jaringan secara mendadak tapi juga nilai historisnya yang bikin saya sentimental ini ternyata bikin kangen. gimana awalnya saya bikin account friendster hanya untuk menggadd seseorang yang ingin saya dekati--friendslist yang mencapai 650 lebih--testimonial sebagai ajang informasi mengenai diri yg bahkan bisa direquest--keasikan ngisi waktu lewat ngepost bulbo--dapet temen curhat-- awal kenalan sama pacar saya yang sekarang--dapet partner--sejarah saya selama 4 taun terangkum disana.


makin dipikir makin frustasi...

Minggu, 29 Juli 2007

kloset semriwing

ada yang lucu disini, rasanya saya bikin alamat blog dimana-mana (emg dimana aja?) tanpa ada satupun yg bisa diingat dan bisa diisi dengan postingan yang layak dibaca secara massal. sebelumnya saya cuma suka nulis nulis biasa buat dibaca lagi besoknya dan ketawa sendiri atau menjadi komentator lalu merasa lebih pintar karena gagasan yg datang setelahnya ternyata lebih kompeten dari tulisan yg tercetus dari sebuah renungan kloset.
entah karena agitasi siapa saya jadi tertarik untuk membagi isi kepala dan isi hati saya untuk berharap dapat reaksi--sumpah, adakalanya saya seperti manusia haus reaksi akhir akhir ini--
yah setidaknya renungan kloset itu akhirnya bisa mendapat sambutan, guyuran kloset mungkin. hahaha