Kamis, 01 Januari 2009

life is such an extrem reality show

seorang wanita histeris. hasil test DNA menyatakan bahwa 5 dari lelaki dibawanya ke acara itu tak satupun dari mereka adalah ayah bayinya. bahkan suaminya pun bukan ayah bayi mereka. jelas,wanita itu telah melakukan affair beberapa kali,mengkhianati suaminya. tak jelas, sampai sekarang siapa ayah bayi mungil itu. bukan suaminya,bukan pula keempat lelaki sisanya.

huumm...mengharukan? engga sama sekali. diluar pesan yang bermaksud disampaikan oleh acara ini,menurut saya attitude para pelakon --si wanita,si priapria,si pembawa acara (kadang) APALAGI si penonton-- bikin esensi acara ini jadi tampak seperti pure hiburan semata. memang begitu kan seharusnya?

banyak fenomena tentang terjadinya perselingkuhan, affair kesana kemari,hamil diluar nikah dengan lelaki X lalu diangkat ke ruang publik dan disajikan dengan kemasan reality show membuat drama kehidupan semakin menggiurkan untuk ditonton. betul betul mengundang selera. menaikkan rating. tanpa bermaksud mengecilkan arti, suksesnya reality show semacam ini, somehow is due to its ability to provide schadenfreude dengan memuaskan hasrat penonton menyaksikan orang lain humiliated.

come,on. do we watch reality television for precious insight into the human condition?????
Please. we watch for those awkward scenes that make us feel a smidge better about our own little unfilmed lives.

reality shows as substitute for scripted drama. kita mungkin mulai menghadapi era kematian drama artifisial, hal ini karena dalam reality show kita dapat melihat orang bertingkah natural yang sesuai dangan harapan penonton dalam cara yang bahkan aktor berbakat pun tak mampu mencapainya.

ok, there's a question. bagaimana bila apa yang ada dalam reality show itu sendiri adalah sebuah drama rekayasa buatan manusia?

itu salah satu kasus.

ada lagi, dalam pandangan beberapa analisis, reality show telah menjadi fenomena politik. dalam beberapa negara, voting dalam reality television merepresentasikan the first time many citizens have voted in any free and fair wide-scale elections. kejujuran dan situasi yang apa adanya dalam seting sebuah reality show terkadang merupakan isu tabu dalam beberapa kebudayaan ortodoks. contoh; reality show macem indonesia idol punya versi lain di salah satu negara arab menjadi Star Academy Lebanon yang menunjukkan budaya hidup bersama antara peserta lelaki dan perempuan.
di cina, babak final acara Super Girl ( versi lain dari pop idol khusus untuk wanita) mampu mengikutsertakan sekitar 400 juta penonton dan 8 juta pemilihan melalui sms yang akhirnya menuai kritik dari pemerintah cina, tentang adanya upaya democratic nature dan excessive vulgarity yang tersirat dalam acara itu ( secara cina itu komunis)

reality show is the liveliest genre on the set right now. It has engaged hot-button cultural issues --class, sex, race-- that respectable television... rarely touches.

2 komentar:

melur mengatakan...

schadenfreude itu apa ya mot?

hmmm iya ga tau kenapa gue jijay banget sama yang namanya reality show, dan pernah juga ada temennya nyokap gue yang ngomong (dia saking enegnya sama acara macam itu pernah ngikutin jadi pesertanya khusus untuk mengungkap kedok belang mereka) nah ternyata bener aja, dia disuruh pura2 kaget ngeliat hantu (gue lupa nama acara ini) *sigh.... "mutu" banget sih tuh acara....

emang di jerman masih ada acara begini ya mot?

satirelane mengatakan...

bukan acara jerman kok, ini reality show ala amerika. itu reality yg tampak artificial,hahah. schadenfreude itu istilah buat seseorang yg tertimpa kemalangan...

btw, happy new year :D