bagaimana dengan senyum tertahan,ibu saya menceritakan bahwa saya menjadi pencarian seisi rumah ketika berusia 4 tahun tidak ada dirumah pada waktu malam --saya heran, kenapa sebelumnya ketidakberadaan saya engga disadari-- ternyata kebiasaan saya bepergian sendirian,penuh kemandirian, berkunjung kerumah tetangga, menyapa mereka dan pulang dengan membawa pakaian baru dari ibu rumah tangga kegenitan adalah kepribadian saya yang murni. saya emang suka melonyor pergi dan percaya diri akan baik-baik saja walaupun cuma sendiri. dari dulu saya menikmati sendirian, tanpa takut merasa kesepian.
selama tiga bulan penuh saya pernah dirawat kerabat karena ibu saya melakukan pelatihan diluar kota dan ayah (tiri) saya angkat tangan ngurusin saya seharian --belum lagi sebenarnya pada awal-awal tahun usia saya, saya diasuh oleh nenek-- jadi terkadang saya merasakan betapa kasih sayang yang saya peroleh tidak pernah lengkap dari dulu hingga kini. ada kekesalan tentu saja, karena hari-hari masa kecil saya memang tidak selamanya memiliki saat-saat penuh cinta --yang selalu, katakanlah mendambakan pillow talk, ciuman selamat malam dan kata "aku cinta kamu"--
namun, kekesalan itu tidak berlangsung lama saat saya mengetahui seseorang sedang berusaha menebusnya. menebusnya dengan doa dan harapan meminta agar saya menjadi manusia yang bahagia.
mendengarkan ibu saya bercerita bagaimana ia setiap malam, dalam tahun2 akhir kehamilannya selalu membacakan surat maryam untuk kandungannya.lalu usahanya untuk membuatkan lesung pada pipi saya dengan bantuan bawang putih
saya pikir, kenapa saya banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan sesuatu yang memang tidak pernah ada dan bukannya bersyukur akan sesuatu yang nyata dan sudah ada --selalu ada--
saya punya kenangan tentang itu, dan saya memilikinya hingga sekarang.
adalah ibu saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar