"stupid" celetuk saya, "ini bukan mabuk, ini kebanyakan makan namanya" sambil terkekeh dia membantu memapah saya yang benar-benar ga bisa jalan. perut saya sakit, kram karena tertawa dan dipenuhi makanan restauran buffe asia seharga 10 euro.
saya memuntahkan ice cream coklat di sudut jalan menuju asrama. ah, dessert terbuang...
makanya, karena label buffe itulah, saya jadi merasa "bertanggung jawab" untuk ber-attitude "buffe". padahal saya bisa lebih bertanggung jawab kalau misalnya memilih makan di restauran pizza biasa, memesan 2 menu dan membayar dengan harga yang kurang lebih sama. tanpa mengeluh sakit perut tentunya.
saya menyadari kapasitas perut saya. makan sebanyak itu bukan tandingan saya. sungguh. sepiring ente goreng, ikan tepung panir, cah jamur sapi, sate ayam, semangkuk sup kepiting, dan seporsi sushi (belum ice cream dan manisan buah).
ah sampai mulut saya kebosanan mengunyah menu yang sama.
sampai saya harus menghabiskan waktu 4 jam di dalam restauran. bulak balik mengisi piring.
kadang, kita ingin menantang limit sendiri. dan bodohnya karena keinginan itu terbawa nafsu (seminggu saya ga makan enak gara-gara sibuk mempersiapkan presentasi model project international forum)
saya pikir, ini balas dendam. kompensasi.
dan terbukti, balas dendam itu tidak baik. dia membiarkan keinginan rakusmu menguasai alam pikiran. dan membuatmu tidak dapat mengontrol pilihan. sebetulnya saya bisa memilih untuk menyudahi makan pada ronde kedua, namun saya tidak mau.
karena sudah seminggu saya ga makan enak (juga karena menu buffe ini menguras 10 euro dari dompet tipis saya).
lain kali, saya akan me-reconsider ide menu makan buffe. selain karena merasa bersalah sama badan sendiri, esensi makan enaknya ga bisa saya dapet. ternyata.
hahahahaha.
*diakhiri dengan muntah di toilet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar