Kamis, 08 Juli 2010

kesadaran kritis

Untuk menentang sebuah arus "kekuasaan", adalah vital bagi manusia untuk selalu memberdayakan diri melalui proses konsientiasi. bercermin pada ajaran Freud mengenai relasi Ego-Id dan Superego, keduanya merupakan instrumen analisis dan metoda kerja yang diperkirakan menjadi wahana penggerak gelombang antisistem, antideterminasi dan antikekuasaan. Superego adalah kekuasaan yang menekan secara operatif dan represif terhadap Ego, melalui Id, yang menjadi faktor subconsciousness. Gerakan pembebasan Ego perlu dilakukan melalui proses konsientiasi seiring dengan melepasnya cengkraman kekuasaan Superego yang represif.  

Konsientiasi itu sendiri merupakan sebuah konsep sosial yang diperkenalkan oleh seorang pakar pendidikan Brazil, Paulo Freire yang mencetuskan sebuah gagasan mengenai kemampuan individu untuk mengontrol lingkungannya, atau menolak untuk dikontrol lingkungannya. Proses konsientiasi ini harus dilakukan secara sadar oleh setiap individu. Dan kesadaran kritis dalam diri seseorang dapat dicapai dengan cara melihat ke dalam diri sendiri serta menggunakan apa yang didengar, dilihat, dan dialami untuk memahami apa yang terjadi dalam kehidupannya. Contohnya, dalam proses pembelajaran yang menekankan pentingnya arti kesetaraan inter-generasi antara murid dan guru dimana keduanya sama-sama belajar, bertanya, merefleksikan dan berpartisipasi dalam sebuah pembahasan makna. Dengan menikmati kebebasan personal, setiap individu didorong melatih tanggung jawab pribadi untuk setiap tindakan-tindakan mereka daripada sekedar mengikuti standard-standard sebelumnya.  

Seseorang menganalisis sendiri masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi sebab-sebabnya, menetapkan skala prioritasnya dan memperoleh pengetahuan baru darinya.  
Proses berkesadaran kritis ini terjadi dalam diri sendiri dan tidak dapat dipaksakan dari luar. Analisis realitas harus dilakukan oleh orang yang dapat memutuskan sendiri apa kebutuhannya yang sesungguhnya dan pengalaman yang penting baginya, bukan diputuskan oleh orang lain. Melalui analisis semacam ini, seseorang akan mampu mengambil tindakan sendiri untuk menentang unsur opresif dari realitasnya. Sang arus "kekuasaan".

Tidak ada komentar: